PARA READER MAUPUN AOTHOR,


BLOG DIPINDAH KE ALAMAT DI BAWAH INI

visit !

http://koreanjapanesestories.wordpress.com

Friday, October 29, 2010

My Ex. -Another Part- (Fanfic)


My Ex.

Ini selingan aja dari ff My Ex.
Cerita ini diambil dari lirik dua buah lagu.

From the song, My Heart is Cursing (Kim Dong Wook) and Good Bye (Jang Geun Seok)
Cast : Yoo Seung Ho, Ji Yeon
Genre : Romance
Rating : AG


Ji Yeon POV

Seung Ho,
Tersenyumlah. Tersenyumlah dengan bahagia.
Sehingga kamu dapat menghibur hati ini yang terus mencarimu.


Hati ini mengutukku. Karena aku bahkan tidak bisa mengatakan kalau aku mencintaimu.
Air mata ini jatuh. Karena kerinduanku yang terus mengalir.


Hanya ungkapan kesedihan yang menghantam seperti duri.
Dan tetap terngiang di telinga ini setiap hari.

Mengapa harus kamu?
Mengapa aku harus mencintaimu?
Bahkan jika aku mengingkarinya, aku tidak bisa membiarkanmu pergi.

Aku mencintaimu, aku mencintaimu. Selamanya. Bahkan jika kamu tidak melihatku.

Bahkan jika aku mengatakan itu seribu kali, kamu tidak mengetahuinya.
Bahkan jika aku menunggu di tempat yang sama, kamu tidak mengetahuinya.
Cinta yang bodoh ini hanya terus memandangmu seperti orang tolol.
Kamu tidak tahu, dan tidak akan peduli.


Seung Ho POV


Apa yang harus kulakukan? Aku hanya bisa menatapmu.
Aku bahkan tidak mempu mengucap salam perpisahan.
Sekarang aku harus membiarkanmu pergi.

Apa yang harus kulakukan?
Air mata ini mengalir deras.
Meski aku mencoba menutupinya, tetap tak bisa.


Bagaimana dengan cinta yang tak dapat kuhentikan ini?
Tolong jangan lupakan bahwa kita pernah saling mencintai.
Bahkan jika
kamu telah bertemu orang lain yang dapat membuatmu tertawa.
Perpisahan itu menyakitkan, tapi aku senang bahwa yang aku cintai itu kamu.

Aku tak pernah berbuat apa-apa untukmu.
Yang aku tinggalkan hanya luka yang membekas.
Kamu bahkan menerimaku saat perasaan ini berubah.
Sekarang aku harus membiarkan
mu pergi. Apa yang harus kulakukan?

Satu-satunya orang yang
dapat membuatku tersenyum adalah kamu.
Meskipun
bila cinta ini semakin dalam, perih yang terasa juga akan semakin mendalam.

Satu-satunya hal yang dapat kulakukan adalah mengatakan ...

Selamat tinggal
, Ji Yeon.

Tuesday, October 26, 2010

Short Story About My Life (Fanfic)


Title : Short Story about My Life
Author : jialeesky
Genre : Angst, AU, Romance
Rating : PG-13
Length : Ficlet atau Oneshoot (??)
Cast :
-          Yong Junhyung (B2ST)
-          Kang Sooyun (OC)
-          B2ST member and another OC
Summary :
Even though I tell myself that I will forget a girl like you
Even though I tell myself that I will never look at a girl like you
But again I can’t forget you
-B2ST (Clenching at The Fist Sights)

Disclaimer : I DO NOT OWN THE B2ST member on this fanfic. But, the plot and the OC are mine. Some part in this story basic from a novel ‘Autumn in Paris’ by Ilana Tan.

~~

Aku kehilangan. Seperti kehilangan nyawaku, hidupku, dan ragaku. Hatiku hancur seperti berkeping-keping. Ingin aku juga ikut mati seperti orang yang kucintai itu mati saat kecelakaan itu. Mati saat aku mengucapkan ‘saranghae’ tepat ditelinganya. Yang dia dengar walaupun dia tak membuka matanya. Yang membuatku menangis tersedu-sedu. Membuatku tidak mempunyai hidup lagi. Semuanya hilang sudah.
Namaku Kang Sooyun. Ya... aku anak bungsu dari 2 bersaudara. Apa kalian mau tau siapa kakakku? Kakakku itu adalah orang yang kucintai, itu berarti cinta terlarang, ya? Tapi, memang benar, dia kakakku. Junhyung. Yong Junhyung. Kakak dari Kang Sooyun. Saudara beda ibu. Aneh memang, tapi, itulah kenyataannya.
“Oppa... Kenapa Sooyun tidak bisa bersama oppa?” tanyaku dalam hati. Langkah kakiku saat itu tanpa arah. Tapi, langkahku malah menuju tempat yang membuat semua ingatan yang sakit, perih, dan menyeramkan itu kembali melanda. Apartemen Junhyung oppa.
‘Apartemen ini...’ batinku. Aku memandang apartemen itu. Airmata yang seharusnya tidak ku teteskan lagi, kembali jatuh. Membanjiri mataku. Tanganku kembali gemetar saat kenangan paht itu datang.

(Flashback)

‘Berjanjilah padaku...’
‘Andwae! Aku tidak mau berjanji padamu... semua ini bohong kan?’
‘Tidak, Sooyun. Semua ini bukan rekayasa. Ini benar. Aku akan pergi dari sini, dan tidak akan kembali lagi. Tapi, kumohon, berjanjilah, kau akan baik-baik saja.’ Katanya.
‘Aku akan baik-baik saja kalau kau ada disini. Jadi, kumohon, jangan pergi. Aku membutuhkanmu.’ Kataku. Tapi, semuanya terlambat. Dia meninggalkan aku.

(End Flashback)

Airmataku kembali jatuh. Aku memasuki apartemen Junhyung oppa, dan masuk ke kamarnya. Kamarnya yang berantakan menjadi ciri khasnya. Kamarnya yang bewarna hijau menjadi keunikannya. Dan, baju-bajunya yang berserakan di lantai, membuat dia merasa nyaman.

“Aku datang, oppa...” kataku saat melihat sebuah foto besar terpampang di samping pintu kamarnya. Foto seorang namja yang tersenyum sambil mengenakan tuxedo. Sangat tampan.
“Aku datang... tidak apa-apa kan?” tanyaku sambil memegang foto itu. Aku mengelus bagian wajah Junhyung oppa. Sebuah buku pun jatuh tanpa sengaja saat aku menyenggolnya.
‘Apa ini?’ batinku. Aku membuka buku itu, dan sebuah foto terjatuh dari buku itu. ‘Fotoku... Junhyung oppa...’ batinku. Aku membuka halaman demi halaman dari buku diary itu. Dan, tatapan ku terhenti pada satu halaman dari diary itu. Halaman yang membuat yang pertahananku jatuh. Halaman yang membuat airmataku jatuh tak terbendung. Yang membuatku terjatuh dan tak mampu berdiri lagi.

Even though I tell myself that I will forget a girl like you
Even though I tell myself that I will never look at a girl like you
But again I can’t forget you

(B2ST – Clenching at The Fists Sights)

Kejadian masa lalu itu kembali terulang. Kejadian yang kembali membuat luka yang mulai sembuh kembali berdarah lagi. Luka ini kembali mengeluarkan darah, bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Bahkan lebih sakit dari sebelumnya.

(Flashback)

Aku membuka surat terakhir dari Junhyung oppa. Surat sebelum ia pergi, kembali ke Daegu, jauh dari Seoul. Jauh dariku. Jauh dari kami semua.

Untuk matahariku, Sooyun...
                Mian, aku harus pergi. Mungkin, saat kau membaca suratku, kau masih membenciku. Kau masih marah padaku karna aku pergi. Tapi, percayalah, aku juga tidak ingin ini terjadi. Aku ingin terus disini, bersamamu, melindungimu. Aku tidak ingin meninggalkanmu walau sedetik pun. Tapi, aku tidak bisa merubah kenyataan.
                Aku menyayangimu. Tidak, aku mencintaimu. Kau tau, kadang aku ingin menyalahkan Tuhan. Kenapa kita harus sedarah? Kenapa kita tidak boleh bersatu? Kenapa Tuhan melarang kita untuk bersama? Tapi, aku tau sekarang. Kenapa kita tidak bisa bersama bahkan bersatu. Karna, cinta kita terlalu suci?
                Suatu saat nanti, aku tidak tau kapan, kita pasti akan bertemu lagi. Entah itu dalam keadaan menyakitkan atau menyenangkan. Entah itu dalam keadaan sehat ataupun sakit bahkan sekarat. Dan, saat kita bertemu nanti, katakan kau mencintaiku. Supaya aku bisa melupakanmu, walaupun sangat berat rasanya. Walaupun aku tidak akan mampu melakukannya.
                Jeballae... lakukan ini untukku, Sooyun. Aku mencintaimu. Aku menyayangimu. Aku selalu ingin bersamamu. Ini permintaanku. Ini keinginanku. Karna aku tau, kau akan melakukannya untukku. Dan, saat kau melakukan ini padaku, airmata bahagia akan jatuh ke pipiku dan juga di pipimu.

Salam sayang,
Yong Junhyung

(End Flashback)

Saat itulah aku tau. Semua yang Junhyung oppa katakan benar adanya. Aku melakukan semua yang dia inginkan. Dan, semuanya terbayar. Dan, aku berlari dari apartemennya. Aku berlari tanpa arah dan tanpa tujuan. Hingga aku tau, aku berada di tebing pantai.
Angin sepoi-sepoi saat itu tidak meredakan airmataku, melainkan membuat airmataku makin deras. Membuat tubuhku gemetar, membuat tulang rusukku seperti akan remuk saat itu juga.
“OPPA... SARANGHAE! APA KAU TAU? TIDAK ADA YANG BISA MENGGANTIKAN DIRIMU DI HATIKU. SIAPAPUN! KARNA KAU SEGALANYA UNTUKKU! KARNA KAULAH MATAHARIKU DAN NYAWAKU!” teriakku.

Saat itu juga, aku jatuh terduduk. Aku menelungkupkan tanganku di kakiku dan mulai menangis tersedu-sedu. Aku terisak. Dan saat aku sadari, aku masih menggenggam fotoku dengan Junhyung oppa saat di tower. Kenangan itupun kembali muncul.

(Flashback)

“Sooyun! Aku sudah lelah!” kata Junhyung oppa padaku saat itu. Aku menggeram.
“Junhyung!! Sekali ini saja~ kita belum punya foto bersama!” kataku. “Kumohon!” kataku sambil memberikan puppy eyes.
“Aishh,, ne...” jawabnya. Dan, saat itu, Junhyung oppa merangkul pinggangku, dan aku merangkul pundaknya. Semuanya terasa sempurna. Aku tersenyum padanya.
“Jaga foto ini baik-baik... suatu saat nanti, saat kau kembali ke Daegu, saat kau merindukanku, lihat foto ini, dan kerinduanmu padaku akan hilang saat melihat ini...” kataku.
“Hey.. aku kan belum kembali ke Daegu...” katanya.
“Saat kau kembali nanti...” kataku. “Yakkssok?”
“Ne... yakkssok...” katanya sambil tersenyum.

(End Flashback)

Aku menatap foto itu, dan tanpa sengaja membaliknya.

‘Aku dan segala yang aku inginkan dalam hidupku... Percayalah... Aku rela menukar apapun, bahkan nyawaku, asalkan bisa bersamanya. Dan asal kalian tau, asalkan dia tersenyum, aku juga akan tersenyum dan bahagia. Sesederhana itu, kan?’

THE END

whoaa~ chingu.. in FF debut (?) aku disini XD
semoga kalian suka :)
ohya,, silahkan kunjungi blog aku kalau mau baca FFku yang lainnya :) <Kyungsu's World>

Monday, October 25, 2010

In Love With Canon (One Shot)

by Pinot 

Ini cerita OS japan pertamaku, semoga bisa dinikmati ya ^^
Cerita ini murni hanya karangan dan imajinasi pengarang.


Backsound : Canon in d mayor

Title : In Love With Canon
Genre : Romance
Rating : AG
Cast : AC (Author's Character) : 
           -Inaba Kanako
           -Haibara Kyosuke
           -Shiroyama Kenichi






Author POV

Sinar mentari menembus dedaunan. Burung-burung berkicau merdu. Kanako berjalan dengan riang, membuat orang-orang di sekitar menyapanya.
“Kanako-chan! Ada kabar gembira apa?” tanya seorang Ibu pemilik toko sayuran.
“Ehm. Kabar gembiranya adalah Ibu kelihatan cantik hari ini!” seru Kanako riang.
Kanako memang anak yang periang dan menyenangkan, semua orang pasti senang berada di dekatnya. Tak heran kalau Kanako dikenal oleh hampir seluruh penduduk Shimane.

Kanako POV

Aku berjalan menelusuri koridor. Banyak anak-anak cowok usil yang mencoba fmenghalangiku.
“Kanako-chan. Ayo kencan denganku.” kata seorang cowok.
“Denganku saja.” kata yang lain.
“Cih. Tunggu sampai aku ubanan, baru aku mau kencan dengan kalian.” kataku seraya berjalan pergi.
Aku memang bisa dibilang akrab dengan anak-anak sekolah. Jadi kalau ada yang mengajakku seperti itu, tentu itu hanya candaan semata.

###

Alunan melodi piano yang tak asing melintas di telingaku. Melodi ini, sepertinya aku pernah mendengarnya. Aku mencari asal suara piano itu. Lalu aku menyadari bahwa aku tengah berada di depan ruang musik. Pintu ruangan itu terbuka sedikit sehingga aku memiliki celah untuk mengintip ke dalam. Shiroyama Kenichi. Pandanganku terhenti pada sosok itu. Apa dia yang memainkan melodi ini? Ah! Aku ingat. Canon. Ya, aku yakin yang aku dengar adalah canon.
BRAK
Aku menjatuhkan buku-buku yang kupegang saat dia menoleh. Memalukan sekali. Dia mendapati aku yang sedang mengintipnya. Aku berlari meninggalkan tempat itu sebelum Shiroyama memergokiku lagi dengan wajahku yang pasti sudah sangat merah.

Kenichi POV

Gadis itu berlari pergi saat menyadari aku melihatnya. Siapa dia?
Aku mengambil mp3 playerku lalu mematikan lagu canon yang kuputar tadi.
Aku mulai menekan tuts piano, mencoba memainkan lagu canon. Musik klasik yang menyentuh hati. Sudah lama aku tidak memainkannya.
Lagu ini selalu mengingatkanku padanya.

Kanako POV

Aku memegang wajahku yang masih saja panas.
PLAK
“Au!” teriakku. Seseorang memukul kepalaku dari belakang.
“Habisnya daritadi dipanggil gak dengar.” kata Kyo-chan.
“Wah. Wajahmu merah sekali. Kamu demam?” tangan Kyo-chan memegang keningku lalu kutepis.
“Ti..tidak. Ada apa memanggilku?”
“Buku-bukunya sudah kamu antar dengan benar kan? Kamu ceroboh sih. Aku jadi khawatir.”
“Khawatir padaku? Tumben.” kataku sinis.
“Bukan. Maksudku buku-bukunya.”
“Teman macam apa kamu.”
“Haha. Bercanda.” Kyo-chan tertawa.
Kyo-chan memang usil. Setiap hari hari selalu saja mengerjai dan mengejekku.
“Hey. Kamu datang kan nanti?”
‘Pasti!” kataku sambil tersenyum. Hari ini adalah hari penting bagi Kyo-chan. Pertandingan basket pertamanya di SMA. Aku yakin dia bisa memenangkan pertandingan itu.


###

Entah kenapa langkahku menuju ke ruang musik. Padahal seharusnya aku pergi ke lapangan basket.
Aku memasuki ruangan itu, tak ada seorang pun di dalam. Aku melihat secarik kertas di atas piano itu. Kertas yang bertuliskan angka-angka. Oh. Ternyata itu adalah not angka. Aku mencoba menekan tuts sesuai dengan not-not angka itu. Meskipun aku menekan tuts dengan kacau, tapi aku tahu kalau melodi ini adalah melodi lagu canon. Apa Shiroyama yang meninggalkannya?
Tiba-tiba terdengar suara orang membuka pintu. Ya ampun. Shiroyama?
Shiroyama melihat padaku. Apa yang harus aku lakukan?
“Eh. Apa ini punyamu?” tanyaku menunjukkan kertas tadi.
“Bukan.” Shiroyama menjawab dengan dingin. Seperti kata-kata orang, Shiroyama memang dingin dan pendiam. Aku jarang melihatnya bergaul dengan yang lain. Tidak seperti Kyo-chan. Temannya ada di mana-mana.
Shiroyama duduk di kursi tanpa berkata apa-apa.
Aku bergegas pergi, toh dia tidak mempedulikanku.
“Aduh!” aku terjatuh. Dasar ceroboh! Kenapa bisa tersandung kaki piano sebesar itu.
“Kamu tidak apa-apa?” saat aku mendongak, Shiroyama sedang mengulurkan tangannya padaku. Aku meraih tangan itu.
“Terima kasih.” Wajahku mulai memerah lagi.
Shiroyama malah mendekatkan wajahnya, “Kamu.. kamu yang tadi mengintipku kan?”
Pertanyaan Shiroyama membuat wajahku semakin panas.
“Maaf. Aku tidak bermaksud mengintip. Cuma kebetulan lewat kok.”
“Oh.”
“Tapi.. permainan pianomu bagus.”
“Piano?”
“Ya. Canon.”
“Oh. Ini maksudmu?” Shiroyama mengeluarkan sesuatu dari kantongnya.
mp3 player? Jadi tadi itu?
“Jadi kamu tidak..”
“Aku tidak bisa memainkan piano.” Shiroyama tersenyum kecil. Baru kali ini aku melihatnya tersenyum. Persis seperti dugaanku. Dia sangat tampan. Coba kalau dia tertawa.. pasti wajahnya seperti anak kecil. Ya, seperti Kyo-chan. Kalau tertawa seperti.. Ya ampun! Kyo-chan!
“Maaf, aku harus segera pergi.” Kataku lalu buru-buru pergi.
Kenapa aku bisa melupakan pertandingan Kyo-chan?

Kyosuke POV

Permainanku kacau. Bagaimana ini? Kenapa dia belum datang?
Aku mencari-cari di kursi penonton, tetap tak kutemukan sosoknya.
“Haibara, kenapa kamu hari ini? Semangatlah!” kata pelatih padaku.
Ini memang hanya pertandingan persahabatan, tapi sekolah kami harus menang.
PRITT
Pertandingan kembali berlangsung.
“Kyo-chan!!” aku menoleh saat suara yang tak asing itu menyeruiku. Semangatku bangkit saat kulihat Kanako berdiri di antara para penonton. Sosoknya yang sedang bersorak memberi dukungan padaku membuatku yakin, kali ini aku pasti bisa.

###

“Selamat ya!” kata Kanako mengacak rambutku.
“Dasar pendek! Mau ngacak rambutku saja perlu jinjit!”
“Dasar! Sudah bagus aku mau datang!”

Kanako POV

“Kenapa datang terlambat?” tanya Kyo-chan padaku.
“Hehe. Maaf.” jawabku lalu tersenyum, “Aku mau cerita sesuatu nih.”
“Apa?” Kyo-chan duduk di sampingku.
“Kamu tahu Shiroyama kan?”
“Shiroyama.. “ Kyo-chan berpikir sebentar, “Shiroyama Kenichi? Yang pemurung itu?”
“Iya. Benar!” kataku semangat.
“Lalu?”
“Tadi aku bertemu dengannya di ruang musik. Lalu dia tersenyum padaku. Sesuai dugaanku, senyumnya manis!” kataku sambil mengguncan-guncang badan Kyo-chan.
“Kamu suka padanya?” pertanyaan Kyo-chan membuat wajahku memerah.
“Ti..tidak kok.” Jawabku lalu memalingkan wajah.
“Bohong! Wajahmu saja sudah kayak tomat. Hayoo..” goda Kyo-chan.
“Ih.. apaan sih!”
“Haha. Ngaku! Pasti suka kan?”
“Enggak!”
“Bohong!”
“Beneran! Ih Kyo-chan apa-apaan sih. Sembarangan deh.”

###

Aku menaruh tasku di atas meja, lalu merebahkan tubuhku di kasur. Aku terpikir kata Kyo-chan tadi. Apa benar aku suka pada Shiroyama? Aku memang kadang suka memperhatikannya di sekolah. Tapi aku tidak menyadari kalau itu adalah rasa suka. Shiroyama itu seperti seorang pangeran, wajahnya yang tampan, sikapnya yang pendiam dan tak banyak bicara, belum lagi dia suka musik klasik.
TUK
Lamunanku buyar saat jendela kamarku dilempari. Pasti Kyo-chan.
“Ada apa?” tanyaku sembari membuka jendela.
“Cuma memastikan si tomat meledak atau tidak.”
“Dasar! Apa maksudmu tomat?”
“Wajahmu memang sudah kayak tomat mau meledak tadi.” Kyo-chan tertawa terkekeh.
“Cih. Gak lucu!” kataku memalingkan muka.
“Hey. Kamu benar-benar suka pada Shiroyama?” raut wajah Kyo-chan mendadak serius.
“Me..memangnya kenapa kalau iya?”
“Aku pernah mendengar gossip tentangnya..”
“Gosip? Gosip apa?”
“Gosip kalau dia itu suka dengan perempuan yang cantik dan dewasa jadi dia tidak mungkin menyukai perempuan ceroboh dan serampangan kayak kamu!” celoteh Kyo-chan tanpa diselingi titik maupun koma.
“Biarin!!” kataku lalu mencibir.
Aku menutup jendela dengan cepat. Sehingga Kyo-chan tidak sempat mengucapkan kata-kata penutup.
“Apaan sih. Belum juga selesai ngomong.” Terdengar celotehan Kyo-chan dari luar.
Apa benar yang dikatakan Kyo-chan?


###

Anak-anak cowok sibuk bercanda di sana-sini. Sedangkan beberapa grup anak cewek bergosip ria di kelas. Aku tidak pernah tertarik dengan kegiatan mengosip seperti itu. Buang-buang waktu saja. Tapi aku menyukai suasana sekolah seperti ini. Semuanya bercanda tawa dengan wajah gembira.
Pandanganku terhenti pada seseorang di ujung koridor. Shiroyama. Apa yang sedang ia lakukan? Sepertinya sedang membuang sesuatu.
Aku berjalan mendekati tempat sampah saat Shiroyama berlalu pergi. Lalu kutemukan mp3 player miliknya  dan.. robekan kertas.

###

Aku mencoba merekatkan kembali robekan-robekan itu. Lalu kusadari, bahwa itu adalah selembar foto. Foto seorang perempuan cantik dan dewasa, persis seperti yang dikatakan Kyo-chan semalam. Siapa perempuan ini? Saat membalik foto itu, aku melihat tulisan, sebuah kalimat dalam bahasa Inggris. ‘In love with Kanon.’
Kanon? Lagu canon maksudnya?
Aku mengambil mp3 player itu, lalu menekan tombol play. Terdengar sebuah lagu. Lagu yang sangat kukenal. Lagu yang membuatku jatuh hati pada Shiroyama. Lagu yang sangat menenangkan hati.
Aku lalu memejamkan mataku dan membiarkan lagu ini menguasaiku. Seperti berada di alam yang damai. Melodi yang saling bertautan. Canon.
“Au!!” rasa damai itu buyar saat seseorang menjitak kepalaku.

Kyosuke POV

“Haibara! Mau kemana?” tanya seorang senior.
“Aku akan segera kembali!” kataku lalu meninggalkan lapangan. Mataku tertuju pada Kanako yang sedang tidur di bawah pohon yang rindang.
PLETAKK
“Au!!” jerit Kanako kaget.
Bodoh. Kenapa aku malah menjitaknya?
“Kenapa tidur di sini?” tanyaku lalu mengambil tempat untuk duduk di sampingnya.
“Gak tidur kok. Cuma mendengarkan lagu.”
“Ini maksudmu?” aku menyambar mp3 player yang dipegang Kanako, lalu kudengar lagu yang dikatakannya.
“Canon? Sejak kapan kamu suka musik klasik?” tanyaku heran karena tidak biasanya ia mendengarkan jenis musik seperti ini.
“Sejak kemarin.”
“Karena Shiroyama juga mendengarnya?” sepertinya tebakanku tepat sasaran. Wajah Kanako memerah.
“I.. iya. Sebenarnya aku memungut ini. Ini.. miliknya.” kata Kanako gugup. Benar-benar sikap yang tidak biasa.
“Kamu tahu gadis ini?” kata Kanako menunjukkan selembar foto.
Aku menggelengkan kepala.
“Mungkin ini perempuan yang disukainya.” kata Kanako lirih.
“Kamu serius menyukainya?”
“Aku.. entahlah.” Kanako menundukkan kepala.
Aku menghela nafas.
“Apa sih yang kamu suka darinya? Cowok kerempeng kayak gitu. Bukankah aku lebih keren?” kataku lalu memamerkan otot-ototku yang lumayan kekar.
“Bodoh!” kata Kanako lalu tertawa.
“Justru itu.. Shiroyama.. memiliki aura yang berbeda dari semua cowok yang kukenal.”
Saat melihat ekspresi wajah Kanako yang seperti itu, aku tahu, dia benar-benar menyukainya.

Kanako POV

Ah. Hujan deras. Bagaimana aku bisa pulang? Aku tidak membawa paying hari ini.
Keadaan sekolah sudah semakin sepi. Mungkin hanya tinggal aku. Kyo-chan juga sudah pulang dari tadi.
Tiba-tiba aku merasakan seseorang berdiri tepat di belakangku. Saat menoleh, kudapati seseorang, Shiroyama!
Ternyata ini hujan yang membawa keberuntungan bagiku.
Aku teringat pada mp3 player yang dibuang Shiroyama.
“Shiroyama..”
Shiroyama menoleh padaku.
“Ini.. aku menemukannya di tempat sampah.”
Shiroyama terlihat kaget melihat apa yang kupegang. Ia lalu merampas dan membuangnya ke jalan.
“Ke..kenapa dibuang?”
“Jangan ikut campur pada urusan orang lain!” bentaknya lalu berjalan pergi.
Punggung Shiroyama dan mp3 player  miliknya yang sama-sama diguyur hujan. Entah kenapa di saat seperti ini, lagu itu.. terus terngiang di kepalaku.

###

Aku memandang lekat foto itu. Mp3 player milik Shiroyama yang sudah rusak karena hujan, masih kugenggam erat. Aku tidak tahu kalau sudah mencampuri urusannya. Aku hanya peduli padanya. Tidak. Aku tidak akan diam saja. Aku harus meminta maaf padanya.

###

Kenichi POV

Kepalaku terasa berat. Aku tidak habis pikir. Kenapa mp3 player itu malah dipungut orang lain? Dia. Bukankah dia perempuan yang mengira aku memainkan lagu canon?
“Shiroyama!”
Perempuan itu menghampiriku.
“Maaf. Aku tidak bermaksud mencampuri urusanmu. Aku hanya..”
“Tidak apa-apa. Aku juga salah telah membentakmu. Aku hanya tidak ingin melihat benda itu lagi.”
“Oh.. Baiklah.”
“Kamu.. bagaimana kamu bisa tahu namaku?”
“Itu.. rahasia!” kata perempuan itu lalu tersenyum manis membuatku teringat padanya.
“Siapa namamu?”
“Kanako. Inaba Kanako!”

Kanako POV

“Kanako. Inaba Kanako!” kataku semangat saat Shiroyama menanyakan namaku.
“Baiklah Kanako, aku pergi dulu.” katanya lalu tersenyum.
Saat melihat senyum itu, entah kenapa lagu itu kembali terngiang di pikiranku. Canon.

###

Aku memasuki ruang musik yang kosong. Lalu mencoba menekan tuts piano. Kubuka secarik kertas yang kutemukan beberapa hari lalu. Lalu mencoba memainkannya. Permainanku tentu sangat kacau. Aku sama sekali tidak mengerti musik.
Mendadak Shiroyama berdiri di sampingku dan mengambil foto yang telah dirobeknya itu.
Aku takut ia akan membentakku lagi.
“Maaf. Aku tidak..”
Shiroyama tersenyum kecil.
“Kanon..” gumamnya.
Aku menatapnya bingung. Namun penuh rasa ingin tahu.
“Perempuan ini bernama Kanon. Dia seniorku di SMP.”
In love with Kanon.
Kini aku mengerti makna dari kalimat itu.
“Dia sangat menyukai lagu itu. Sosoknya saat memainkan canon, selalu terbayang di benakku.”
Sinar mata Shiroyama benar-benar menunjukkan bahwa ia menyukai perempuan bernama Kanon itu.
“Sayangnya, aku bertepuk sebelah tangan..”
Aku merasa aku bisa memahami perasaan Shiroyama. Kami sama-sama jatuh cinta karena lagu canon, dan kami.. sama-sama bertepuk sebelah tangan.

Kenichi POV
“Maaf. Aku malah bercerita padamu.”
Kenapa aku malah curhat padanya?
“Tidak apa-apa. Aku malah merasa bisa memahami perasaanmu.” kata perempuan bernama Inaba Kanako itu.
“Terima kasih..”
“Kamu bisa memanggilku Kanako.” Inaba tersenyum manis.
Lalu aku membalas senyumnya.

Kyosuke POV

“Apa?? Belajar piano??”
“Ya. Aku ingin bisa memainkan lagu canon dengan bagus.” kata Kanako semangat.
“Apa ini semua karena Shiroyama?”
“Tidak. Aku sekarang benar-benar menyukai lagu canon. Dan aku pikir, itu bukan karena Shiroyama.”
Kenapa dia bisa menyukai Shiroyama sampai seperti ini? Cewek bodoh!
“Bukankah Shiroyama suka pada perempuan lain?” tanyaku.
“Ya. Tapi aku tidak akan menyerah! Lagipula Shiroyama bilang dia bertepuk sebelah tangan. Artinya aku masih punya kesempatan bukan?”
Aku hanya bisa mengehela nafas melihatnya begitu bersemangat mendapatkan hati Shiroyama.

Kanako POV

“Hey! Lihat ini.” kata seorang murid di kelasku.
“Bukankah itu Shiroyama?”
“Shiroyama yang dingin itu?”
Aku mengambil majalah yang diributkan mereka. Lalu kulihat Shiroyama dalam foto itu yang sedang memainkan piano.
In love with Kanon’, headline yang tertulis di majalah itu.
“Ini majalah kapan?”
“Entahlah. Sepertinya majalah lama.”
Shiroyama adalah seorang pianis?

###

Aku mencari-cari sosok Shiroyama. Lalu teringat pada satu tempat yang selalu didatanginya.
Aku membuka pintu ruang musik, lalu kulihat Shiroyama yang tengah duduk memainkan piano.
Lagu yang tidak pernah kudengar sebelumnya, namun sangat indah.
Shiroyama menghentikan permainannya karena terkejut melihat kedatanganku.
In love with Kanon.”
“Itukan judul lagu tadi?”
Shiroyama menatapku heran.
“Apa kamu seorang pianis? Aku melihatmu di sebuah majalah.”
“Kamu salah orang.”
“Tidak mungkin, headline majalah itu sama dengan kalimat di foto Kanon. Dan lagu tadi..”
“Ternyata kamu bisa menebaknya.” kata Shiroyama.
“Aku membuat lagu itu untuknya. Tapi.. aku ditolak.”
“Apa kamu berhenti menjadi pianis karena ditolak?”
“Aku..”

FLASH BACK

Malam itu adalah malam di mana aku ingin memperdengarkan lagu yang kutulis dengan sepenuh hati untuknya pada semua orang. Aku begitu yakin dengan perasaanku. Tapi dalam perjalanan.. aku tertimpa kecelakaan yang cukup parah. Tangan kananku lumpuh. Aku berjuang keras untuk dapat bermain piano lagi. Aku ingin dia mendengarkan lagu yang kutulis itu dari permainanku sendiri. Setelah menjalani pengobatan dan rehabilitasi, akhirnya aku bisa menggerakkan tanganku perlahan. Aku ingin segera memainkan lagu itu untuknya. Saat menuju ke rumahnya, aku melihat seorang pria bersamanya. Baru kusadari, aku sudah terlambat untuk memainkan lagu itu.

“Apa pria itu pacarnya?”
“Dia tidak bilang begitu. Tapi dari sorot matanya aku tahu, kalau lelaki itu telah memilik hatinya.”
“Kalau kamu belum sempat memainkan lagu itu, lalu kenapa di majalah tertulis kalimat itu?”
“Konser di hari itu adalah konser di mana aku akan memainkan lagu itu.”
“Lalu karena itu, kamu berhenti bermain piano? Kenapa?”
“Selama ini aku hanya bermain untuknya seorang.”
“Bodoh.”
Shiroyama menatapku heran.
“Padahal permainanmu bagus. Kenapa hanya memainkan untuknya seorang? Orang-orang menyukai permainanmu. Tapi orang-orang itu pasti akan kecewa kalau tahu kamu hanya bermain piano karena menyukai seseorang.”
“Apa maksudmu?”
“Kamu tidak pernah menyukai piano! Yang kamu sukai itu hanya Kanon! Apa itu yang bisa disebut pianis? Orang-orang telah salah menilaimu.” kataku lalu beranjak pergi.
Entah apa yang kupikirkan. Kenapa aku malah memarahinya? Itu bukan salahnya. Shiroyama.. dia sudah banyak menderita.
“Kanako?” aku mengusap air mataku cepat saat seseorang memanggilku.
“Kamu menangis?” tanya Kyo-chan melihat mataku sembab.
“Aku mengerti..”
“Hah?”
“Aku mengerti saat kamu mengataiku bodoh karena ingin belajar memainkan piano hanya karena lagu canon yang disukai Shiroyama.”

Kyosuke POV

“Baguslah. Akhirnya kamu mengerti.” kataku pelan.
“Lalu.. apa yang terjadi?”
“Entahlah.. aku.. sudah tidak punya harapan lagi. Dia benar-benar menyukai Kanon.”
“Bukankah kamu yang bilang akan berusaha?”
“Kalau aku menyukai seseorang, aku tidak akan berusaha menjadi seperti orang yang disukainya. Tapi aku akan berusaha menunjukkan kalau aku lebih hebat dari orang itu. Karena aku tidak ingin dia menyukaiku karena aku menjadi orang yang disukainya. Aku ingin dia menyukaiku karena aku menjadi diriku sendiri. Apa kamu mengerti?”
Kanako terlihat bingung mendengar perkataanku.
“Kanako, dirimu akan terlihat lebih baik dari siapapun juga saat kamu menjadi dirimu sendiri.”
“Karena itulah. Jangan menjadi orang lain. Tetaplah menjadi dirimu.”
Kanako hanya diam.
“Jadilah Kanako yang terus berusaha mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Karena itulah Kanako yang aku.. kenal.” Hampir saja aku keceplosan kalau aku.. menyukainya.
 “Jadi aku harus..”
“Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan.” kataku lalu tersenyum.
“Baiklah!” seru Kanako.
“Terima kasih Kyo-chan! Kamu memang sahabat terbaiku!”
Aku memandangi Kanako yang berlalu pergi. Aku bertemu dengannya lebih dulu, mengenalnya lebih dulu. Tapi kenapa.. kenapa dia malah menyukai Shiroyama? Perasaan suka itu memang aneh.

Kenichi POV

Aku terus memikirkan kata-kata Inaba.
Selama ini aku tidak benar-benar menyukai piano?
“Shiroyama!” Inaba kembali setelah kejadian tadi.
“Mainkanlah lagu itu untuknya.”
“Bukankah kamu belum menyatakan perasaanmu?”
Aku menatap Inaba dengan penuh tanya. Apa maksudnya?
“Aku.. tidak akan menyerah sebelum benar-benar menyatakan perasaanku pada orang yang kusukai meski aku tahu akan ditolak.”
“Aku menyukaimu!”
Pernyataan Inaba membuatku kaget.
Inaba tertawa dengan wajah polosnya, “Meski ditolak, setidaknya itu membuatku merasa lega!”
“Sekarang giliranmu!” seru Inaba sambil menunjuk padaku.
“Apa kamu akan menyerah sebelum menyatakannya?”
Perkataan Inaba hari ini membuatku banyak berpikir.

Kanako POV

“Terima kasih Inaba. Kamu telah menyadarkanku.” kata Shiroyama lalu tersenyum.
“Berjuanglah!” seruku.
“Terima kasih juga atas perasaanmu.. maaf kalau..”
“Sudah..sudah.. ayo sana pergi. Tunjukkan permainan terbaikmu!”
“Baiklah.” Shiroyama tersenyum lagi.
“Setelah kembali kamu harus memainkan lagu itu untukku ya!”



Sosok Shiroyama berlalu pergi. Lagu itu kembali terngiang di benakku. Canon, lagu yang saling mengejar satu sama lain..



-FIN-




RCL RCL ^^

Goodbye My Little Rabbit (Fanfic)


By  Cy Cy Shinichi

Title : Goodbye My Little Rabbit
Cast : Park Ji Yeon, Yoo Seung Ho
Genre : Romantic
Rating : G

Ohayou chingu. . .
Hhehehe,, ini ff pertama aku,, mianhae iaa kalo agak-agak aneh…
Happy reading.. ^^


Jiyeon’s POV
“ Ne, umma. Aku akan mengambilnya sepulang sekolah nanti. Anyeong … “ aku segera menutup telpon dan melanjutkan membaca novel trio detektif ‘ Misteri Teka-teki Aneh’ kesukaanku. Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang,
“ Ya ! aku tak bisa melihat. “ siapa sih yang usil pagi-pagi begini. Kuraba tangan yang menutup mataku itu. Orang itu memakai sebuah gelang. Kuraba gelang yang dia pakai. Ya… ini kan,
“ Seung Ho,, lepaskan tanganmu !” kurasakan dekapannya mengendor. Kubuka mataku perlahan. Tak ada lagi tangan yang menutupi mataku. Aku mengejap-ngejapkan mataku, agar terbiasa lagi dengan cahaya yang masuk.
Seung Ho mengambil tempat disebelahku. Kulirik wajahnya yang sedang kesal itu. Aku tersenyum simpul.
“ Aisshh… Jiyeon-ah. Kenapa kau tahu kalau itu aku?? “ wajahnya diliputi tanda tanya. Mata hitam bulatnya itu menatapku. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahku. Aku segera memalingkan wajahku dan pura-pura asyik dengan novel yang sedang kupegang. Aku tak ingin dia melihat wajahku yang merona merah. Aku tak ingin dia mendengar jantungku yang berdegup kencang.
“ I.. itu karena gelang yang kau pakai. “ kulirik dia diam-diam. Dia sekarang malah memperhatikan gelang yang dipakainya. “ Memangnya kenapa dengan gelang ini?? “ dia masih memandangi gelang pemberianku itu dengan penasaran.
“ Aissh.. kau ini. Aku tadi meraba gelang itu dan mengenali bentuk kelinci yang tergantung disitu. “
Dia memandangku sejenak kemudian mengangguk. Ya … dasar Seung Ho pabbo !! Aku heran kenapa bisa menyukai anak ini. Walaupun dia termasuk anak yang pandai dalam hal pelajaran dan olahraga, namun entah kenapa sifat tulalitnya itu suka kambuh. Sama seperti sekarang ini. Ckckckck….
Kulirik lagi anak itu, dia baru akan bicara lagi saat Hp-nya berdering,
“ Yoboseo..”
“ Ah, ne, aku kesana sekarang “
“ Jiyeon-ah, aku pergi dulu. Sonsengnim mencariku. Anyeong …” dia segera berlari kembali ke kelasnya. Aku hanya bisa menggeleng melihat tingkah anak itu. Pasti di kelasnya sedang ada guru dan dia hanya minta izin untuk ke toilet. Seung Ho.. Seung Ho..
Seung Ho’s POV
“ Aisshh… Jiyeon-ah. Kenapa kau tahu kalau itu aku?? “ aku benar-benar bingung, kenapa dia bisa menebak dengan tepat seperti itu. Apa itu yang namanya telepati?? Aku menatapnya dan mendekatkan wajahku padanya. Sekarang wajah kami hanya berjarak beberapa senti. Tiba-tiba dia segera memalingkan wajah dan kembali asyik dengan novel di tangannya itu. Hey, apa aku salah lihat atau memang benar, aku sempat melihat wajahnya memerah sebelum dia berpaling tadi. Aissh.. apa yang kau pikirkan Yoo Seung Ho ?! Itu tak mungkin terjadi.
“ I.. itu karena gelang yang kau pakai. “ setelah beberapa detik, dia pun menjawab pertanyaanku tadi. Gelang yang kupakai ?? Aku memperhatikan gelang yang kupakai. Gelang ini pemberiannya saat ulang tahunku 2 minggu lalu. Gelang berhiaskan gantungan kelinci. Sebenarnya aku tak suka kelinci, tapi karena ini pemberiannya, makanya kupakai. “ Memangnya kenapa dengan gelang ini?? “ aku masih sibuk memandangi gelang di tanganku itu.
“ Aissh.. kau ini. Aku tadi meraba gelang itu dan mengenali bentuk kelinci yang tergantung disitu. “ jelasnya dengan wajah kesal. Sepertinya sifat tulalitku berhasil membuatnya kesal. Aku pun memandangnya sejenak dan mengangguk. Hahaha… dasar, bodohnya aku ini. Aku baru akan membalas ucapannya, saat Hp-ku bordering,
“ Yoboseo..”
“ Ah, ne, aku kesana sekarang “
“ Jiyeon-ah, aku pergi dulu. Sonsengnim mencariku. Anyeong …” aku pun segera berlari kembali menuju kelas. Gawat… Nicole Sonsengnim pasti telah menyadari kalau aku pergi terlalu lama. Aissh.. bisa-bisa kali ini aku dihukum lagi. Kalau bukan dijemur di lapangan sekolah, membersihkan toilet, atau membuat karangan dalam Bahasa Inggris sebanyak 20.000 kata. Huh… memikirkannya saja aku sudah merinding. Aku pun segera mempercepat lariku menuju kelas.
***
Tok tok tok . . .
Aku mengetuk pintu berkali-kali. Tak ada jawaban. Ya ! Apa umma tak ada di rumah?? Apa dia ketiduran ?? Kulirik jam di pergelangan tanganku, pukul 03.30 sore. Apa dia keluar sebentar karena mengira aku belum akan pulang jam begini?? Aissh . . . umma, umma. Aku segera merogoh saku tasku dan menemukan banyak kunci yang tergantung. Aku mencari-cari sebentar untuk menemukan kunci yang pas. Hehehe… untung aku sudah membuat kunci cadangan rumah ini, sehingga aku tak perlu menunggu sampai umma kembali jam 5, jam normal aku kembali dari sekolah. Hari ini eskul sepakbola diliburkan karena lapangan tempat kami latihan dipakai anak-anak eskul paskibraka untuk latihan.
Aku segera membuka pintu itu, masuk dan menguncinya kembali. Hari ini aku lelah sekali, aku ingin tiduran sebentar. Karena tadi ketahuan oleh Nicole sonsengnim, maka aku dihukum menuliskan ‘Maaf, aku takkan mengulanginya lagi’ sebanyak 1000 kali selama sisa jam pelajarannya. Aissh… tanganku ini pegal, rasa-rasanya akan tercabut saja dari tubuhku. Yah, salahku sendiri memang yang kabur saat jam pelajaran. Kalau Jiyeon tahu, dia pasti akan memarahiku habis-habisan. Katanya dia tak pernah habis pikir denganku yang selalu kabur saat masih ada kelas. Dasar Jiyeon Pabbo !! Aku kan kabur untuk pergi ke kelasnya. Entah itu hanya lewat, pura-pura izin untuk meminjam alat tulis, atau kalau kelasnya sedang kosong seperti tadi, pergi bicara dengannya. Yah,, setidaknya hari itu aku sudah bisa melihatnya, aku sudah cukup senang.
Aku melangkah lunglai menuju ke kamarku di lantai 2, kulihat pintu kamar umma dan appa terbuka sedikit. Sepertinya umma lupa menutup pintunya sebelum pergi tadi. Biasanya dia tak pernah lupa, bahkan selalu menguncinya. Aissh.. jangan-jangan dia menyimpan barang terlarang di kamarnya, narkoba, miras atau senjata tajam. Aku terkekeh pelan membayangkan hal itu. Lebih baik kututup saja lagi pintunya, biar umma tak berpikir kalau aku yang berusaha membukanya saat dia pergi.
Aku berjalan pelan kearah kamar tidur umma dan appa. Aku hendak menutup pintunya saat kudengar ada orang yang berbicara di dalam. Ya !! bukannya umma sedang keluar dan appa masih di kantor?? Lalu siapa yang di dalam?? Jangan-jangan maling?!
Aku segera menempelkan kupingku untuk mencuri dengar. Aku penasaran siapa mereka.
“ Appa, apakah harus?? Tidak bisakah kita menunggu sampai akhir tahun ajaran?? Atau setidaknya sampai akhir semester, “
Ya. . .  itukan suara umma. Bukannya dia sedang keluar??
“ Umma, tak bisa, pekerjaan itu akan dimulai lusa, jadi kita harus berangkat besok “
Ya . . . itu suara appa. Berangkat?? Berangkat kemana?? Besok??
“ Tapi, bagaimana dengan Seung Ho, dia pasti ingin berpamitan dengan teman-temannya sebelum pergi “
“ Kita kan masih akan kembali kemari saat liburan. Jadi dia masih bisa bertemu dengan teman-temannya lagi. Sudahlah umma, kemarin aku sudah bertemu dengan kepala sekolahnya, aku sudah mengurus surat pindah. “
M.. Mwo?? Pindah ?? aku akan pindah??
A.. Anni,, aku tak mau. Aku tak mau pindah dari sini. Ini tempatku. Aku,, aku tak ingin berpisah dengan sekolahku, dengan teman-temanku. Terutama, aku tak ingin berpisah dengan Jiyeon. Aku tak mau.
Brukk… Prangg …
Karena shock, aku tak melihat guci di belakangku. Guci itu pecah berhamburan di lantai.
“ Seung Ho … “ sepertinya umma dan appa sudah menyadari kehadiranku. Tapi aku tak peduli. Aku segera berlari ke luar rumah. Aku tak mempedulikan suara umma dan appa yang berteriak memanggilku. Aku hanya berlari dan berlari. Tidak . . . aku tak mau pergi dari sini. Tak mau, aku tak mau berpisah dengan Jiyeon. Tak mau.

<to be continued>

Image and video hosting by TinyPic
Protected by Copyscape Duplicate Content Detector