PARA READER MAUPUN AOTHOR,


BLOG DIPINDAH KE ALAMAT DI BAWAH INI

visit !

http://koreanjapanesestories.wordpress.com

Monday, October 25, 2010

Goodbye My Little Rabbit (Fanfic)


By  Cy Cy Shinichi

Title : Goodbye My Little Rabbit
Cast : Park Ji Yeon, Yoo Seung Ho
Genre : Romantic
Rating : G

Ohayou chingu. . .
Hhehehe,, ini ff pertama aku,, mianhae iaa kalo agak-agak aneh…
Happy reading.. ^^


Jiyeon’s POV
“ Ne, umma. Aku akan mengambilnya sepulang sekolah nanti. Anyeong … “ aku segera menutup telpon dan melanjutkan membaca novel trio detektif ‘ Misteri Teka-teki Aneh’ kesukaanku. Tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang,
“ Ya ! aku tak bisa melihat. “ siapa sih yang usil pagi-pagi begini. Kuraba tangan yang menutup mataku itu. Orang itu memakai sebuah gelang. Kuraba gelang yang dia pakai. Ya… ini kan,
“ Seung Ho,, lepaskan tanganmu !” kurasakan dekapannya mengendor. Kubuka mataku perlahan. Tak ada lagi tangan yang menutupi mataku. Aku mengejap-ngejapkan mataku, agar terbiasa lagi dengan cahaya yang masuk.
Seung Ho mengambil tempat disebelahku. Kulirik wajahnya yang sedang kesal itu. Aku tersenyum simpul.
“ Aisshh… Jiyeon-ah. Kenapa kau tahu kalau itu aku?? “ wajahnya diliputi tanda tanya. Mata hitam bulatnya itu menatapku. Wajahnya hanya berjarak beberapa senti dari wajahku. Aku segera memalingkan wajahku dan pura-pura asyik dengan novel yang sedang kupegang. Aku tak ingin dia melihat wajahku yang merona merah. Aku tak ingin dia mendengar jantungku yang berdegup kencang.
“ I.. itu karena gelang yang kau pakai. “ kulirik dia diam-diam. Dia sekarang malah memperhatikan gelang yang dipakainya. “ Memangnya kenapa dengan gelang ini?? “ dia masih memandangi gelang pemberianku itu dengan penasaran.
“ Aissh.. kau ini. Aku tadi meraba gelang itu dan mengenali bentuk kelinci yang tergantung disitu. “
Dia memandangku sejenak kemudian mengangguk. Ya … dasar Seung Ho pabbo !! Aku heran kenapa bisa menyukai anak ini. Walaupun dia termasuk anak yang pandai dalam hal pelajaran dan olahraga, namun entah kenapa sifat tulalitnya itu suka kambuh. Sama seperti sekarang ini. Ckckckck….
Kulirik lagi anak itu, dia baru akan bicara lagi saat Hp-nya berdering,
“ Yoboseo..”
“ Ah, ne, aku kesana sekarang “
“ Jiyeon-ah, aku pergi dulu. Sonsengnim mencariku. Anyeong …” dia segera berlari kembali ke kelasnya. Aku hanya bisa menggeleng melihat tingkah anak itu. Pasti di kelasnya sedang ada guru dan dia hanya minta izin untuk ke toilet. Seung Ho.. Seung Ho..
Seung Ho’s POV
“ Aisshh… Jiyeon-ah. Kenapa kau tahu kalau itu aku?? “ aku benar-benar bingung, kenapa dia bisa menebak dengan tepat seperti itu. Apa itu yang namanya telepati?? Aku menatapnya dan mendekatkan wajahku padanya. Sekarang wajah kami hanya berjarak beberapa senti. Tiba-tiba dia segera memalingkan wajah dan kembali asyik dengan novel di tangannya itu. Hey, apa aku salah lihat atau memang benar, aku sempat melihat wajahnya memerah sebelum dia berpaling tadi. Aissh.. apa yang kau pikirkan Yoo Seung Ho ?! Itu tak mungkin terjadi.
“ I.. itu karena gelang yang kau pakai. “ setelah beberapa detik, dia pun menjawab pertanyaanku tadi. Gelang yang kupakai ?? Aku memperhatikan gelang yang kupakai. Gelang ini pemberiannya saat ulang tahunku 2 minggu lalu. Gelang berhiaskan gantungan kelinci. Sebenarnya aku tak suka kelinci, tapi karena ini pemberiannya, makanya kupakai. “ Memangnya kenapa dengan gelang ini?? “ aku masih sibuk memandangi gelang di tanganku itu.
“ Aissh.. kau ini. Aku tadi meraba gelang itu dan mengenali bentuk kelinci yang tergantung disitu. “ jelasnya dengan wajah kesal. Sepertinya sifat tulalitku berhasil membuatnya kesal. Aku pun memandangnya sejenak dan mengangguk. Hahaha… dasar, bodohnya aku ini. Aku baru akan membalas ucapannya, saat Hp-ku bordering,
“ Yoboseo..”
“ Ah, ne, aku kesana sekarang “
“ Jiyeon-ah, aku pergi dulu. Sonsengnim mencariku. Anyeong …” aku pun segera berlari kembali menuju kelas. Gawat… Nicole Sonsengnim pasti telah menyadari kalau aku pergi terlalu lama. Aissh.. bisa-bisa kali ini aku dihukum lagi. Kalau bukan dijemur di lapangan sekolah, membersihkan toilet, atau membuat karangan dalam Bahasa Inggris sebanyak 20.000 kata. Huh… memikirkannya saja aku sudah merinding. Aku pun segera mempercepat lariku menuju kelas.
***
Tok tok tok . . .
Aku mengetuk pintu berkali-kali. Tak ada jawaban. Ya ! Apa umma tak ada di rumah?? Apa dia ketiduran ?? Kulirik jam di pergelangan tanganku, pukul 03.30 sore. Apa dia keluar sebentar karena mengira aku belum akan pulang jam begini?? Aissh . . . umma, umma. Aku segera merogoh saku tasku dan menemukan banyak kunci yang tergantung. Aku mencari-cari sebentar untuk menemukan kunci yang pas. Hehehe… untung aku sudah membuat kunci cadangan rumah ini, sehingga aku tak perlu menunggu sampai umma kembali jam 5, jam normal aku kembali dari sekolah. Hari ini eskul sepakbola diliburkan karena lapangan tempat kami latihan dipakai anak-anak eskul paskibraka untuk latihan.
Aku segera membuka pintu itu, masuk dan menguncinya kembali. Hari ini aku lelah sekali, aku ingin tiduran sebentar. Karena tadi ketahuan oleh Nicole sonsengnim, maka aku dihukum menuliskan ‘Maaf, aku takkan mengulanginya lagi’ sebanyak 1000 kali selama sisa jam pelajarannya. Aissh… tanganku ini pegal, rasa-rasanya akan tercabut saja dari tubuhku. Yah, salahku sendiri memang yang kabur saat jam pelajaran. Kalau Jiyeon tahu, dia pasti akan memarahiku habis-habisan. Katanya dia tak pernah habis pikir denganku yang selalu kabur saat masih ada kelas. Dasar Jiyeon Pabbo !! Aku kan kabur untuk pergi ke kelasnya. Entah itu hanya lewat, pura-pura izin untuk meminjam alat tulis, atau kalau kelasnya sedang kosong seperti tadi, pergi bicara dengannya. Yah,, setidaknya hari itu aku sudah bisa melihatnya, aku sudah cukup senang.
Aku melangkah lunglai menuju ke kamarku di lantai 2, kulihat pintu kamar umma dan appa terbuka sedikit. Sepertinya umma lupa menutup pintunya sebelum pergi tadi. Biasanya dia tak pernah lupa, bahkan selalu menguncinya. Aissh.. jangan-jangan dia menyimpan barang terlarang di kamarnya, narkoba, miras atau senjata tajam. Aku terkekeh pelan membayangkan hal itu. Lebih baik kututup saja lagi pintunya, biar umma tak berpikir kalau aku yang berusaha membukanya saat dia pergi.
Aku berjalan pelan kearah kamar tidur umma dan appa. Aku hendak menutup pintunya saat kudengar ada orang yang berbicara di dalam. Ya !! bukannya umma sedang keluar dan appa masih di kantor?? Lalu siapa yang di dalam?? Jangan-jangan maling?!
Aku segera menempelkan kupingku untuk mencuri dengar. Aku penasaran siapa mereka.
“ Appa, apakah harus?? Tidak bisakah kita menunggu sampai akhir tahun ajaran?? Atau setidaknya sampai akhir semester, “
Ya. . .  itukan suara umma. Bukannya dia sedang keluar??
“ Umma, tak bisa, pekerjaan itu akan dimulai lusa, jadi kita harus berangkat besok “
Ya . . . itu suara appa. Berangkat?? Berangkat kemana?? Besok??
“ Tapi, bagaimana dengan Seung Ho, dia pasti ingin berpamitan dengan teman-temannya sebelum pergi “
“ Kita kan masih akan kembali kemari saat liburan. Jadi dia masih bisa bertemu dengan teman-temannya lagi. Sudahlah umma, kemarin aku sudah bertemu dengan kepala sekolahnya, aku sudah mengurus surat pindah. “
M.. Mwo?? Pindah ?? aku akan pindah??
A.. Anni,, aku tak mau. Aku tak mau pindah dari sini. Ini tempatku. Aku,, aku tak ingin berpisah dengan sekolahku, dengan teman-temanku. Terutama, aku tak ingin berpisah dengan Jiyeon. Aku tak mau.
Brukk… Prangg …
Karena shock, aku tak melihat guci di belakangku. Guci itu pecah berhamburan di lantai.
“ Seung Ho … “ sepertinya umma dan appa sudah menyadari kehadiranku. Tapi aku tak peduli. Aku segera berlari ke luar rumah. Aku tak mempedulikan suara umma dan appa yang berteriak memanggilku. Aku hanya berlari dan berlari. Tidak . . . aku tak mau pergi dari sini. Tak mau, aku tak mau berpisah dengan Jiyeon. Tak mau.

<to be continued>

No comments:

Post a Comment

Image and video hosting by TinyPic
Protected by Copyscape Duplicate Content Detector